Tulisan si sombong

Huh!
Kita ini hidup di dunia dimana kita dianggap tidak berharga bukan? sudah seharusnya kalian tau rahasia umum ini. Maka tidak terkecuali aku ini, yang tempo dulu kerap kali menelan mentah-mentah cercaan kalian, sendirian tentunya. Tanpa seorang teman.

Kalian harus coba merasakan hidup dengan sudut pandangku, sudut pandang si rendahan ini. Si rendahan yang.... ah, si rendahan yang hanya memiliki satu permintaan.

Diakui.

Hanya itu. Sebuah permintaan amat sederhana yang sangat sulit dikabulkan oleh kaum borjuis seperti kalian. Perkenankan aku, si sombong ini, membuka tulisanku dengan sedikit pertanyaan kecil.

Aku berani jamin bahwa kalian pernah dongkol melihat seorang handal yang sombong, bukan? Ketika ada prestasi yang selalu ia bawa dalam setiap kalimatnya ketika berhadapan dengan kalian si 'borjuis' ini. Omong-omong, mengertilah bahwa borjuis ini adalah panggilan sarkasme untuk kalian.

Coba kembali diingat-ingat. Dongkol? Iya kan?
Lalu dengan sudut pandangmu, kamu menghina si sombong ini dengan kalimat tajammu, yang mungkin dulu pernah mengusik hati si sombong ini. Dulu, sekarang tidak lagi.
Kamu pernah menanyakan pada dirimu sendiri? Kenapa ia bisa amat bangga dengan prestasinya? Mengapa ia berani menyombongkan miliknya sampai segitu niatnya sih?

Tidak pernah.

Dan tentunya kamu tidak mengerti akan jawaban dari pertanyaan itu bukan? Jawaban sepele yang penuh makna.
Karena ia mengerti seberapa sakitnya ketika ia dulu diremehkan.

Aku mengerti bahwa dunia ini memang keras. Apapun yang kita lakukan tidak akan pernah sempurna di mata orang. Apalagi di mata kritikus-kritikus pedas yang banyak wacana. Masih cupu dihujat, sudah sukses apalagi. Lalu yang benar itu seperti apa hai para hakim?

Memangnya aku salah dengan sedikit menunjukan aku telah berhasil?
Memangnya aku salah dengan memberi statement bahwa aku bukan si cupu yang dulu kau remehkan?
Memangnya aku salah dengan menuntut sedikit pengakuan?

Aku tahu aku ini bodoh. Aku terlalu peduli dengan apa yang orang katakan tentangku, hingga aku lupa menikmati hasil jerih payahku sendiri.
Aku terlalu sibuk mengungkit rasa sakit yang dulu mereka tanamkan pelan-pelan. Aku adalah seorang pendendam yang sukses. Seseorang yang berjuang bukan untuk dirinya sendiri, melainkan hanya demi pengakuan orang lain.
Hingga saat kini, ketika aku duduk di sofaku yang empuk, aku masih saja terus mengingat apa saja yang mereka lakukan. Ingatan yang sebenarnya ingin kubuang jauh-jauh. Ingatan yang sering datang tiba-tiba hanya untuk membuat dadaku perih.
Because for me, what people say matters.
Hingga kini, aku yang duduk ditengah segala sesuatu yang kumiliki, masih merasa sepi.
Apa yang salah denganku?


Sincerely, si sombong.



Vigilio - How to Be Human Lyrics

  Am D G Em I used to be a boy who grunt every here and there Am D G Masked on for seven days a week Am D G E Tired to div...