Galau dan Produktivitas. Searah?

Langit Jogja di malam hari yang (lagi-lagi) hujan memotivasi gua untuk memulai tulisan ini dengan ditemani sebungkus makanan ringan dan mp3 player di sudut kamar. Saat gua memulai tulisan ini, lagu 'Utuh' dari group vokal yang berisikan 4 orang dengan nama 'Tangga' berdengung indah di malam yang sepi dengan angin semilir ini.

Enak loh guys. Gaperlu pake AC.

Mumpung belakangan ini gua lagi sangat amat gabut produktif, dan gua lagi punya materi yang bisa gua tuangkan di blog ini, jadilah gua memutuskan untuk kembali mengasah kemampuan menulis gua. Dan gua kembali lagi di tulisan ini. Enjoy ya para readers!

First of all, mengapa gua kasih judul post ini dengan "Galau dan Produktivitas. Searah?"
Sebenarnya bukan permasalahan judul. Tapi memang gua sempet kepikiran tentang hal ini. Bahkan gua sempet ngasih survey random ke group LINE yang berisi 9 orang yang berisi gua dan temen-temen gua.
Sebenernya ada 10 members guys, cuma gua pake 2 account gitu jadi aslinya cuma 9 orang.

Loh kok out of context. Abaikan.

Inilah screenshot dari apa yang gua tanyakan:

Nama Grup disamarkan karena dipercaya memiliki efek samping bagi yang melihat. 
Diyakini dapat memberikan efek belekan yang berkepanjangan.

Bahasan inti dari tulisan ini adalah seperti yang ada di gambar diatas guys. Ketika kita galau, kita cenderung jadi lebih produktif karena imajinasi kita somehow lebih jalan dan kita jadi punya banyak ide untuk membuat suatu karya. Menurut kalian bener atau engga?

Gua yakin pasti pandangan orang berbeda-beda, kalo gua survey ke lebih banyak orang, mungkin bisa 50%-50% suara antara yang setuju dan yang enggak. Tapi kalo kalian tanya pendapat gua pribadi, gua setuju atas statement gua sendiri.
Sebelum gua lanjutin, gua akan sedikit mempersempit konteks biar pada ga salah paham. Produktivitas yang gua maksud disini ada produktivitas dimana seseorang membuat karya seni. Misalnya gambar. Gambar apapun itu mau gambar grafitti, gambar typography (bener ga tulisannya?), atau bahkan gambar ecchi manga sekalipun. Atau produktivitas dalam bidang seni yang lain misalnya musik, dancing, atau menulis sekalipun seperti yang sedang gua lakuin. Yang gua bahas bukanlah produktivitas orang bekerja, apalagi kerja kantoran yang setiap harinya ngedokem dibelakang meja.

Tukang jualan baskom komplek gua juga tau kalo lagi galau, mood kerja pasti jeblok.

Nah, gua akan jabarin alasan gua kenapa gua setuju dengan statement ini. Pertama, gua kalo lagi galau pikiran gua suka kemana-mana. Gua sering memikirkan hal yang lebay, yang sebenarnya hampir gamungkin buat terjadi gitu. Gua orangnya nethink-an fyi.
Misalnya ketika gua punya pacar nih, nah suatu waktu pacar gua ini seharian gak ngabarin gitu. Kan gua gatau jadinya dia ngapain aja di hari itu. Mulailah penyakit nethink gua kambuh. Kemudian gua berasumsi yang enggak-enggak. Mungkin akan muncul pikiran 'gimana kalo ternyata cewek gua jalan-jalan ke hutan, terus ketemu nenek-nenek, terus dikasih makan apel, terus apelnya dimakan, terus ketiduran, terus gabangun-bangun, terus gajawab chat gua, terus jadi sleeping beauty, terus...."

Kayak gitu kan lebay ya,

Tapi pacar gua emang cantik sih, gaheran nenek sihirnya ngiri. HAHAHAHAHAHA.

Nah nethink yang kayak tadi itu kembali lagi ada hubungannya sama imajinasi, dimana imajinasi ini adalah 'bahan mentah' yang nantinya bisa dibentuk menjadi sebuah karya. Karena terkadang, ketika kegalauan gua memuncak tidak terbendung, gua memerlukan suatu tempat dimana gua bisa melampiaskan baper tu de meks gua tadi. Jadilah gua lampiaskan, gua tuangkan menjadi sebuah karya. Contohnya adalah tulisan ini sendiri, yang gua buat ketika gua lagi ngerasa kesepian dan gabut total.
Cover 'Photograph' yang ada di instagram gua pun, juga salah satu contoh karya gua yang gua buat saat keadaan gua lagi down banget. APAH? BELOM LIAT COVERNYA? Yaudah diliat dulu disini.

Padahal menurut gua, cover Photograph adalah karya gua yang paling niat loh. Kzl.

Selain untuk tempat pelampiasan, karya-karya gua biasanya juga gua gunakan sebagai 'kode' buat orang tertentu. Contohnya adalah Photograph yang tadi, dimana dalam cover itu gua ingin menyampaikan pesan tersirat gitu. Jadi multifungsi. Jadi meskipun kalau misalnya kode gua ga tersampaikan, 'kode' gua masih bisa dinikmati orang lain sebagai karya musik. Toh guanya sendiri juga jadi merasa lega setelah bisa melampiaskan. Seperti yang udah gua jelasin di tulisan gua sebelomnya guys, tentang role baru gua sebagai penyanyi untuk melampiaskan apa yang gua rasain, dan sebagai pelipur lara.
HAH? BELOM LIAT JUGA? Yaampuuunnnn: nih baca nih

Jadi gaada ruginya gua bikin karya pas lagi galau. Gua bisa jadi lebih produktif, dan bisa mengasah baik skill musik gua, maupun skill video editing gua. Nothing to lose.

Hell yeah.

Galau tuh pasti menghampiri setiap manusia guys, tanpa terkecuali. Baik itu seorang petani, astronot, emak-bapak lo, emak-bapak gue, emak-bapaknya bapaknya tetangga gue, bahkan Sapri yang sering main pesbukers pun pasti pernah galau.  Dan gua sebagai cowok pun harus mengakui kalau gua pernah galau, bahkan nangis tentang hal-hal yang kurang penting. Dan meskipun galau cenderung ngasih dampak negatif lebih banyak, bukan berarti galau itu gabisa ngebangun dan membuat kita jadi lebih baik. Kadang gua jadi bisa merenungkan tentang kenapa sih gua galau? Salah apa sih yang gua buat? Atau, gimana sih cara keluar dari kondisi yang kayak gini?

Semacam itulah.

Oiya, satu hal lagi yang gua percaya. Bahwa yang bisa nyembuhin kita dari penyakit galau itu cuma waktu. Nah lama-sebentarnya itu baru kita yang menentukan.
Sekarang tinggal menentukan pilihan.
Gua akan memilih untuk berhenti ngumpet dibalik bantal tidur gua, kemudian gua bangun dari tempat tidur dan memulai karya-karya gua yang baru. Ini pilihan gua yang gua tau pasti akan sulit untuk memulainya.
Sekarang tinggal kalian. Apakah kalian akan tetap 'mengunci' diri kalian sendiri di tengah kegalauan, atau membantu 'sang waktu' untuk mempercepat 'pemulihan' batin kalian?

Role baru, dan Sense of Music yang labil

Gua sendiri juga bingung, kenapa kehidupan musik gua sebegini labilnya. Emang menurut gua ga salah sih kalo pingin belajar banyak instrumen kan, terutama instrumen dasar yang biasa digunakan di dalam band. Bisa dibilang gua udah menguasai gitar (ini sih pasti, ini instrumen mayor gua soalnya. Ya meskipun belom bisa dibilang master), bass (I mean the basic) yang mungkin automatically obtained since I've been playing guitar for a long time. Vocal pun juga udah (kalo soal ini akan gua jelasin di bawah). Dan lately, gua lagi mendalami piano secara otodidak guys, mumpung dirumah ada alatnya, jadi bisa latihan. Yang menurut gua akan sulit untuk gua kuasai adalah instrumen ritmis di dalam band, tidak lain tidak bukan adalah drum.

Kenapa gua pengen bisa mainin semua? Simple sih. Kalian udah pernah liat 'Livin on a Prayer' covernya Alex Goot? Nah disitu dia ngejajal semua instrumennya mulai dari drum sampai vocal, nah itu yang memotivasi gua bahwa suatu saat gua akan bikin cover kayak gitu.

Sepertinya ini akan jadi post yang panjang.

Masalahnya, gua ini bingung sama diri gua sendiri yang gabisa konsisten sama genre musik gua. Gua pernah cerita di postingan blog ini yang udah lama banget, kalo gua adalah seorang fingerstyle guitarist, dan sampe sekarang gua masih les gitar klasik. Tapi gua juga ngejajal gitar elektrik, dan gua main rock, dimana kesan genre rock ini 180 derajat bedanya dengan gitar klasik, udah gitu klasik adalah dasar teknik gua bermain gitar. Tapi kalo gua buat cover di instagram, kalian akan lebih sering melihat gua berkutat sama Patricia daripada sama Sarah.

Fyi, Patricia adalah nama gitar gua yang elektrik, dan Sarah yang akustik. Iya gua tau gua ini gapenting banget sampe ngasih nama gitar.
Kiri: Gua sama Sarah. Kanan: Gua sama Patricia.
Liat gitarnya, jangan komuk gua yang udah macem linta arab.
Yah pokoknya yang penting kalian udah ada gambaran deh sama Sarah dan Patricia. Dan btw kalo kalian mau liat beberapa karya gua ada di instagram loh, silahkeun: disini

Dan karena gua ngejajal dua genre yang beda, fokus gua otomatis kebelah. Di sisi klasik gua, gua ga lulus-lulus nih dari purwacaraka gara-gara lambat banget melajarin lagu-lagunya. Karena belakangan ini gua lebih fokus ke band yang waktu itu lagi ada event buat kita isi. Di bulan ini pun yang seharusnya gua bisa ambil ujian, tapi gua skip karena belum nguasain satu buku yang lagu-lagunya naujubile susah. Udah gitu gua disuruh garap lagu Las Abejas sama guru gua.

Modar.

Sementara di sisi rock gua, dasar gua yang bukan rock pun juga menghambat progress gua. Makin kebanting lah skill gua sama Vito. Vito ini adalah lead guitarist dari band kita, yang gua beri nama 'Forever Within Days', sementara gua adalah rhythm guitarist sekaligus vokalis. Keren kan? Makasih.

Btw kalo ngomongin 4WD (Forever Within Days guys band gua, bukan mini 4wd alias tamiya), gua punya pengalaman manggung bareng mereka dimana so far, ini adalah pengalaman manggung gua yang paling besar dilihat dari audiencenya yang kira-kira 2000 orang. Rame banget.
Udah gitu ini pengalaman pertama seorang Vigilio MENYANYI DIATAS PANGGUNG, dan langsung disuguhi DUA RIBU PASANG MATA. Meskipun buat beberapa pro, 2000 orang masih belon ada apa-apanya. Tapi gua bersyukur banget bisa ada di panggung itu dan bisa 'mengatasi' audience dengan performance kita, udah gitu pertama kali gua jadi lead vocal pula. Kalo backing vocal sering. Dan puncak kepuasan gua di hari itu adalah ketika lagu terakhir yang kita bawain, 'Melompat Lebih Tinggi' dari Sheila on 7, berhasil bikin penonton pada moshing, itu loh joget-joget ngasal yang berstruktur. Gua juga gangerti jabarinnya gimana. Performance ini dilangsungkan tanggal 16 Agustus 2015 di The Breeze. Sampe apal gua saking memorablenya. Berikut penampakannya: (jangan kaget kalo liat wewe gombel ditengah)
Dari kiri ke kanan: Dhani (Bass), Visma (Drum), Gue (Vocal, rhythm), Vito (Lead guitar)

Nah kembali ke frasa yang terdapat dalam judul post ini. Role baru. Yang akan gua share disini adalah latar belakang atau awal mula gua mulai ngejajal role baru gua sebagai vokalis juga. Awalnya, gua mulai nyanyi untuk suatu alasan tertentu, karena gua menemukan bahwa dengan menyanyi gua bisa mencurahkan apa yang gua rasain, semacam pelampiasan gitu. Dan gua merasa lebih lega setelah selesai nyanyi.
Dan di suatu sore yang mengundang baper hujan, kebetulan gua lagi akustikan sama anak-anak 4WD kan, kita memutuskan untuk buat short cover dari 'lagu kebangsaan' gua. Yang udah kenal sama gua pasti tau ini lagu apa. Kalo penasaran cek disini aja guys
yang ini yah guys

Nah, setelah gua ngupload video itu ke instagram gua @FernandoVigilio, tanpa disangka, Vico yang haus akan perhatian ini mendapat feedback positif dari followers gua. Ada yang nyampein di komen ig gua, dan ada yang nyampein langsung. Gua senang. Gua terbang. Gua ke awang-awang. Kemudian di DO dari UPH.

Tapi ga sih vic.

Nah setelah itu gua jadi lebih sering upload cover-cover nyanyi di ig gua, dan bahkan gua sempet upload beberapa cover di soundcloud. Di laman 'About Me' di blog ini ada link Soundcloud gua kok gaes. Nah, dengan karakter suara gua yang serak-serak engas basah ini gua berniat untuk lebih mengasah vokal gua. Jadilah gua ambil UKM 'Lighthouse Singers' begitu gua masuk kuliah. Kenapa ga sekalian ambil choir? Ada beberapa alesan sih. Yang pertama gua egois, gua ga begitu suka kalo satu panggung diambil begitu banyak orang, pusing liatnya. Kalo gua bisa disorot spotlight seorang diri, why not?

Boom.

Yang kedua, karena LHS (singkatan Lighthouse Singers gaes) keliatannya lebih fleksibel, dan emang bener lebih fleksibel. Disini kita bisa sedikit 'suka-suka'. Maksudnya, terkadang kita nyanyi dalam grup accapella, kadang juga solo, akustikan juga sering, dan kadang bisa kayak Glee gitu. Enak kan? makanya masuk UPH.

Kemudian dikasih beasiswa atas tindakan marketing yang bagus.

Nah selama satu semester di LHS, gua udah dapet 2x kesempatan manggung guys. Yang pertama di event 'Cafe of Art' yang entah diadain berapa minggu sekali. Disini, gua kembali nyanyiin lagu kebangsaan. Terlalu cinta mungkin sama lagu yang satu ini.

Yang terakhir adalah oktober kemarin, dimana gua kepilih untuk jadi salah satu performer di acara 'Sebatas Mimpi. Tribute to Yovie Widianto'. Cuplikan saat gua nyanyi lagu 'Indah Kuingat Dirimu' ada juga kok di instagram guys. Cek aja disini

Kalo kita ngomongin hobi, kita ngomongin passion. Dan passion gua yang paling besar emang di musik, lebih gede malah dibanding passion gua di sepakbola. Dan pastinya enak kalo kita bisa hasilin duit dari hobi kita. Karena pekerjaan yang paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar guys. Jadi hobi apapuun yang kalian punya, jangan ditinggalin meskipun orang lain memandang jelek. Gamers pun bisa kaya kan? Contohnya adalah pewdiepie. Atau kalian punya hobi hedon? (re:shopping) nah kalian jadi fashion blogger aja atau ngevlog di youtube. Karena kalau kita punya niat dan usaha, sebenarnya bannyak kok cara untuk jadi sukses. Tergantung dari cara kalian mengkonversi ide dan imajinasi kalian aja menjadi sesuatu yang konkret. Sukses selalu ya guys!
- Fernando Vigilio

Tentang Berjuang

Gua pengen berenti sejenak bikin post lucu-lucuan yang sebenernya ga lucu, atau ngeluarin unek-unek dan pengalaman gua seperti tulisan-tulisan sebelomnya. Gua akan nulis sesuatu yang sempet ada di pikiran gua beberapa waktu lalu sih, dan memaknainya dalam bentuk tulisan. Jarang-jarang kan gua dapet ilham gini.
Gua akan buat pertanyaan pendahuluan buat para pembaca gua.
Kalian pernah ga sih perjuangin sesuatu? Entah itu perjuangin gebetan kalian biar ga direbut temen sendiri, atau perjuangin nilai kalian biar bisa ngalahin juara umum? Atau apapun yang kalian berusaha dapatkan. Pernah?
Jawab aja di dalem hati, kalo udah baca pertanyaan gua yang kedua dibawah ya gaes.
Ketika kalian perjuangin hal tersebut, pernah ga sih kalian gagal? Gagal ketika kalian ngerasa kalian udah kasih semua usaha yang kalian bisa. Pernah? Renungin aja dalem hati gausah dijawab.

 Tentang berjuang.

Menurut kalian apa sih artinya berjuang?
Kalo menurut gua, berjuang itu lebih dari sekedar proses kita mewujudkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan. Berjuang itu bukan Cuma tentang nafsu yang menggebu-gebu dimana kita memprioritaskan tujuan yang ingin kita capai sehingga melewatkan dunia sekitar kita. Kalo menurut gua, berjuang itu lebih tentang dimana kita bertaruh, ketika kita mengerahkan segala yang kita punya, baik tenaga atau kemampuan, waktu, maupun harta sekalipun terhadap sesuatu yang belum tentu kita dapatkan 100%. Bahkan ada orang yang berjuang meskipun dia tahu dia ga akan berhasil. Mendekati berhasil pun enggak.

Jadi, apa artinya berjuang kalau nantinya gadapet apa-apa? Jujur gua sendiri belum bisa jawab yang ini. Tapi gua yakin sih, kalo kita udah berjuang, meskipun kita gagal dalam dapetin tujuan itu, bukan berarti kita gadapet apa-apa sama sekali. Mungkin kita dapat sesuatu, yang sekarang kita belum sadar. Mungkin kita baru sadar setelah berbulan-bulan, atau bertahun-tahun setelahnya.
Gua pun pernah berjuang. Suatu waktu di masa lalu gua, pernah gua habiskan satu setengah tahun umur gua untuk dapetin sesuatu yang, hampir gak mungkin gua dapetin. Dan emang bener, gua gagal. Tapi dari situ gua ga menemukan penyesalan sama sekali, karena gua sadar banyak banget pelajaran yang bisa gua petik, yang tentu bisa bikin gua lebih baik ke depannya. Emang sih, satu setengah tahun tuh bukan waktu yang sebentar. Tapi pada akhirnya gua ngerasa puas. Kenapa? Karena setidaknya gua udah berjuang. Sepenuh hati. Sepenuh jiwa. Terkesan lebaykah? Ya emang, tapi gua gamau setengah-setengah kalo nulis. Yang gua pikirin, ya itu yang gua tuang.
Tapi serius guys, Kehidupan nyata ini keras kok. Kita ada disini bukan kayak di film-film action atau drama. Dimana sang tokoh utama ber’struggle’ria kesana-kemari dengan arah yang udah jelas, dengan ending yang udah jelas. Happy ending. Tamat.
Dunia ga secemen dan sebercanda itu.
Jadi, opini gua akan gua tutup dalam paragraf konklusi ini. Inti dari tulisan gua adalah, ada kalanya kita korbankan semua yang bisa kita korbankan, kita kerahkan seluruh tenaga, kita habiskan banyak waktu kita yang gabisa kita ambil lagi, namun hasil yang kita dapatkan sama sekali ga sepadan dengan apa yang kita beri. Namun dari situlah kita belajar pelajaran hidup yang amat berarti. Dimana terkadang, berjuang sekuat hati pun belum tentu cukup. Till next time guys.

-          Fernando Vigilio

Dinamika kehidupan SMA

Karena di liburan semester gua kali ini gua seketika mendapat peringatan dari Tuhan, bahwa blog gua udah hampir setahun ga kesentuh, maka gua memutuskan untuk menulis lagi. Entah apa. Baca aja guys kebawahnya.

Gua berhasil survive di semester pertama gua di dunia perkuliahan dengan nilai yang.... yaahh bisa dibilang cukup baik untuk tipikal mahasiswa yang hobinya titip absen kayak gua. Dunia kuliah itu jauh banget beda sama sekolah, dan gua menemukan kalo diri gua sendiri rada susah untuk adaptasi pada awal kuliah gua. Kenapa? Soalnya gua udah terlalu nyaman sama lingkungan sekolah gua dimana gua jadi veteran dan mungkin bisa dibilang sesepuh disitu. Dari TK sampe SMA gua mengabdi di sekolah yang sama guys gimana ga begah :')
Dan disini gua akan sedikit membahas, apasih yang bikin gua kangen sama masa SMA?

Masa SMA.




Banyak tetua tetua yang bilang kalo masa SMA itu masa terindah dalam hidup kita. Dan gua mesti setuju sama statement ini, karena gua udah ngerasain berbagai macam rasa kehidupan di masa SMA. Emang sih, masalah-masalah anak SMA emang masih cere-cere dibandingin masalah kehidupan yang akan datang nanti. Mungkin pas kuliah? Atau pas kerja dan berumah tangga? Who knows. Nikmatin aja dulu mumpung belom dateng masalahnya.

Masalah di SMA itu ya gitu-gitu aja sih sebenernya. Dimana gravitasi di daerah kamar, terutama tempat tidur seketika naik 10x lipat saat pagi hari, atau ketika lu jalan ke kelas dan lu kaget ketika temen-temen lu pada nyalin tugas, kemudian lu dengan cluelessly nanya "emang kita ada tugas?"

Seenggaknya itu sih yang paling sering gua alamin.

Masalah klasik anak SMA lainnya. Lu pacaran dengan temen sekelaslu. Biasa anak labil pacarannya galama guys. Selang 1-2 bulan kemudian putus, dengan alasan yang ga kalah klasik, yakni BOSEN. Yap, alesan putus yang paling bullshit yang malah sebenernya kebosenan itu sendiri bukan alesan buat putus.
Boom.
Gimana kaga bosen coba pe'a, tiap hari senin-jumat selama setidaknya 8 jam sehari kalian selalu berpampangan, menatap satu sama lain yang tadinya dari "ah untung gua sekelas sama pacar, jadi enak bisa mandangin terus." menjadi "Jing, enek banget gua ini lagi ini lagi ketemunya." Dan lagi, keburukan lu satu sama lain bakal lebih cepet terungkap jika sekelas. Misalnya, gua pernah punya temen yang pedekate sama anak kelas sebelah pas kelas 11. Mereka lagi sweet-sweetnya pas itu. Kemudian guru-guru yang 'baik' menempatkan mereka dalam 1 kelas di kelas 12. Seketika si cewek tau kalo nilainya cowok ini jeblok-jeblok semua, dan si cowok ini notice kalo si cewek punya kebiasaan 'unik' di kelas. Ceritanya si cewek ini demen banget ngobel-ngobel 'ranjau' di dalam hidungnya kemudian menempatkannya di bawah meja. Begitu jahanam dan kejam.

Jadilah mereka illfeel satu sama lain. Gajadi pacaran deh. Ciyan.

Lagi deh. Di SMA itu, terutama kelas 11 akhir dan 12 awal, itu masa dimana buat jomblo kayak gua sekalipun, malem minggunya gabakal sepi. Kenapa? karena hampir tiap minggu (ga sih, 2 minggu sekali deh) gua dapet undangan sweet 17 temen gua gitu. Bukan sombong, tapi anak-anak sekolah gua emang banyak yang berkecukupan untuk buat seenggaknya sweet 17 dinner gitu lah buat rayain ulangtahun. Bahkan ga sedikit yang bikin party. Terus masalahnya apa?
Nah disini gua sempet notice, kalo cewek-cewek sekolah itu pendendam. Gamungkin kan seangkatan diundang semua sama yang empunya party (seangkatan gua 150an bok, petjah).... Naaahh, ada saatnya ketika si A bikin party, dan mulai menyebarkan undangan, kaum-kaum hawa yang lain dengan harap-harap cemas menunggu takut ada yang gadapet undangan, misalnya si B taunya ga diundang. Jadilah si B iri dengki dan sakit hati, merasa dirinya tidak penting lagi di dunia fana ini.
Klasik.
Lalu tibalah saatnya si B yang berulang tahun, dan karena si B ini ceritanya pendendam, maka dia ingat siapa saja yang tidak mengundangnya ke party, dan bisa ditebak, ia balik ga ngundang mereka-mereka itu.
Untung gua kaum adam gaes, selow-selow aja. Cukup usahain bisa bawa mobil aja ke party, biar ada gandengan pas pulang. :))

Kira-kira masalah-masalah goblok yang kayak gitu lah yang ada di SMA. Tapi justru itu tuh jadi 'bumbu' yang bikin kehidupan anak SMA tuh dinamis, jadi bisa ngimbangin suntuknya belajar di kelas. Shedap.
Jujur, saat ini yang paling gua kangenin dari SMA adalah seragam kotak-kotak putih dengan laambang jantung hati di saku bajunya, khas Tarakanita. Sumpah rasanya udah lama banget terakhir make seragam itu. Tapi sayangnya muka gua yg sekarang udah ga pantes disebut sebagai anak SMA, jadi gua berniat untuk ga mengenakan seragam pamungkas itu.

Orang waktu kelas 9 aja gua dikira anak kuliahan sama bude gua.
Sedih.

Jadi, di post kali ini, gua sekalian mau ngasih pesan ke adek-adek kelas yang masih SMA. Itu juga kalo ada yg baca post ini. Buat kalian yang sering ngeluh karena di sekolah dikit-dikit ada ujian atau tugas, atau yang pengen cepet-cepet kuliah karena bosen di sekolah, percaya sama gue kalian bakal nyesel ngomong gitu. Assignments kalian tuh masih gaada apa-apanya dibanding para veteran yang udah kuliah, apalagi semester akhir. Dan kalo kalian ngomongin bosen, bosen itu pasti ada. Tergantung gimana kalian menyikapinya secara dewasa. Layaknya dalam sebuah hubungan.
BOOOOOMMMM!
Karena akan ada saatnya dimana kalian buka lemari baju kalian, dan secara ga sengaja nemuin seragam sewaktu masa sekolah. Seketika itu juga kalian akan inget, kalo hal-hal bego yang pernah kalian lakuin di sekolah, sekecil apapun itu, justru itulah momen yang akan paling kalian kangenin. Ciao.

- FernandoVigilio

Vigilio - How to Be Human Lyrics

  Am D G Em I used to be a boy who grunt every here and there Am D G Masked on for seven days a week Am D G E Tired to div...