Suasana halaman kampus gua yang adem dan rindang bikin gua
betah duduk berlama-lama di kursi taman ini. Sambil liatin pepohonan tinggi dengan
banyak orang berlalu-lalang dibawahnya somehow
bikin gua lebih rileks aja. Sambil ngeliatin sekitar, gua sambil merenung. Gua
ternyata hidup di dalam suatu society
yang terdiri dari banyak orang dengan latar belakang berbeda-beda, baik dari
segi fisik, perilaku, juga kultur yang berbeda-beda. Ada yang tinggi, ada juga
yang pendek. Serampangan dan lugu pun banyak bisa gua temui disini. Ada yang datang
dari daerah-daerah kecil penjuru nusantara, ada juga yang ga jauh-jauh banget
dari Jakarta. Ada yang datang dari keluarga sederhana dan mengandalkan beasiswa
disini, dan ada juga yang punya kebiasaan hedon diliat dari lifestylenya.
Menurut gua semua manusia yang ada disini adalah one of a kind, ga ada duanya.
Tenang aja. Gua ga akan bikin tulisan yang panjang-panjang
kayak sebelumnya. Tapi tulisan gua kebawah mungkin akan sedikit ‘belok’ dari
apa yang kalian expect.
Have you ever thought of living your life like a zombie?
Well I have.
Gua sempet berpikir, gimana sih rasanya hidup kayak zombie.
Yang gua tau, All those diversity in our life (which I mentioned earlier on the
opening paragraph) will be disappeared. Semua orang gak akan memandang latar
belakang satu sama lain. Semua orang akan bertingkah dan berperilaku sama.
Berjuta budaya yang terdapat di dunia pun akan mengerucut dengan sendirinya
menjadi satu budaya, yaitu budaya zombie.
Semua orang ga akan lagi punya tujuan hidup. Uang pun
bukanlah sesuatu hal yang akan di-Tuhan kan. Jalan sempoyongan kesana-kemari
tanpa tujuan. Makanan mereka pun sama jenisnya. Otak manusia segar. Kita gak
akan mengenal lagi yang namanya orang Belanda makan keju, atau orang papua
makan sagu. Gak bakal ada.
Berkomunikasi pun akan sulit. Gak ada bahasa baku yang bisa
digunain. Toh ngomong a i u e o aja mesti susah payah narik urat. (Itu pun
kalau urat mereka masih berfungsi). Gak ada lagi struktur sosial, diferensiasi
maupun stratifikasi sosial. Semua sama. Semua Rata. Gak ada lagi klasifikasi
kaya miskin, atau bahkan kulit hitam dan kulit putih.
Semuanya sama.
Kesan yang gua tampilin diatas memang bisa dibilang buruk.
TAPI, kehidupan statis yang akan dialami para zombie gak selamanya buruk. To be
honest, gua punya sifat yang bisa dibilang mirip zombie. Gua ini pasrahan
orangnya. Maksud gue, gue hidup tuh kayak ga punya tujuan pasti, bisa dibilang
asal mengalir aja kayak air, ngeliat kemana hidup akan membawa gua. Sama kayak
zombie yang mereka lagi ngapain pun mereka sendiri gak tau.
Tulisan gua emang terkesan gajelas dan ngelantur. Tapi gua
memang sering kedapetan random thought
yang kayak gini. Imajinasi gua emang kayak anak kecil, tapi gua malah seneng
dengan tingkatan imajinasi gua yang naujubile. Karena gua tau akan banyak ide
kreatif yang bakal keluar dari otak gua.
Kembali ke zombie.
Gua pernah nemu quotes sindiran bunyinya begini:
“Ada satu hal dimana zombie lebih baik daripada manusia.
Zombie gak makan temennya sendiri.”
Emang nyelekit di hati, tapi menurut gua quotes itu gak
salah. Menurut gua kehidupan zombie itu less
drama.
Jujur gua pernah kepingin hidup kayak zombie. Dan sekarang
gua kepikiran tentang ini lagi. Because I don’t have to deal with so many
things therefore I could reduce my stress level. Rite?
Masalah hidup yang akan nongol
palingan cuma sekedar “Gimana dapet otak segar hari ini?”
Membosankan memang hidup di lingkungan yang gak dinamis dengan rutinitas yang
sama setiap hari. Lu ngebiarin hidup lu ngalir kayak air, dan tanpa tujuan.
Pada akhir kehidupan zombie pun, hampir semua orang akan ‘pergi’
dengan plot yang sama.
Dimana lu Cuma harus nunggu kulit lu mengelupas dengan
sendirinya hingga Cuma nyisain tulang belulang sampai lu terkapar seendiri di
tengah jalan, tanpa ada yang nangisin kepergian lu.
-
Fernando Vigilio
Dalem banget vic, ntaps
ReplyDeleteudh dicomment ya, btw pengambilan gambar dari plants vs zombies leh ugha
ReplyDeleteDalem banget vic, ntaps
ReplyDeleteGils anak ilkom, lanjutkan btw ngena banget vic
ReplyDeleteGils anak ilkom, lanjutkan btw ngena banget vic
ReplyDeleteHachuuuu💦
ReplyDelete